Selasa, 16 Februari 2016

AIR LINDI DAN PENGELOLAANNYA DI TPA PUUWATU, KENDARI SULAWESI TENGGARA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup sampai saat ini bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola. Manusia memang dianugerahi panca indera yang membantunya mendeteksi berbagai hal yang mengancam hidupnya. Namun di dalam dunia modern ini muncul berbagai bentuk ancaman yang tidak terdeteksi oleh panca indera kita yaitu berbagai jenis racun yang dibuat oleh manusia sendiri.
Lebih dari 75.000 bahan kimia sintesis telah dihasilkan manusia dalam beberapa puluh tahun terakhir. Banyak darinya yang tidak berwarna, berasa dan berbau, namun potensial menimbulkan bahaya kesehatan. Sebagian besar dampak yang diakibatkannya memang berdampak jangka panjang seperti kanker, kerusakan saraf, ganggguan reproduksi, dan lain-lain.
Sifat racun sintetis yang tidak berbau dan berwarna, dan dampak kesehatnnya yang berjangka panjang, membuatnya lepas dari perhatian kita. Kita lebih risau  dengan gangguan yang langsung bisa dirasakan oleh panca indera kita, misalnya saja adalah lindi yaitu air hasil timbunan sampah.
Hampir setiap kota besar di Indonesia telah menyediakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Namun kebanyakan dari TPA-TPA ini hanya berfokus pada pengolahan sampah saja. Padahal timbunan sampah juga menimbulkan aliran air lindi (leachate) yang dapat mencemari lingkungan. Seandainya sudah ada unit pengolahannya pun unit pengolahan tersebut masih bersifat apa adanya. Bahkan efluen dari unit pengolahan tersebut masih berada di atas baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.
Masalah utama yang dijumpai dalam aplikasi penimbunan/pengurugan sampah atau limbah padat lainnya ke dalam tanah adalah kemungkinan pencemaran air tanah oleh lindi, terutama di daerah yang curah hujan dan muka air tanahnya tinggi. Timbulan (debit) lindi serta kualitasnya yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi karena bergantung pada curah hujan serta karakter sampah yang ditimbun. Kaitan antara banyaknya hujan dan timbulan lindi perlu ditentukan bila hendak merancang kapasitas penanganan lindi, demikian juga beban cemaran lindi yang akan digunakan dalam perancangan. Berangkat dari hal-hal tersebut, maka kami hendak mengetahui pengertian lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi tersebut di TPA Puuwatu.
B.       Tujuan Kunjungan Lapangan
Tujuan kunjungan lapangan di TPA Puuwatu yaitu untuk mengetahui pengertian lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi yang baik.
C.      Manfaat Kunjungan Lapangan
Adapun manfaat dari kunjungan lapangan di TPA Puuwatu yaitu :
1.    Sebagai informasi mengenai lindi dan bagaimana proses pengolahan lindi yang baik di TPA Puuwatu.
2.    Sebagai tambahan ilmu khususnya pada mata kuliah Pengelolaan Sampah Padat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Profil TPA Puuwatu
1.    Gambaran Umum Lokasi TPA Puuwatu
TPA Puuwatu terletak di Kelurahan Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari yang mempunyai ketinggian 30 m di atas permukaan laut dengan topoggrafi lembah – datar – berbukit. Perbedaan tinggi antara lembah dan bukit ± 20 m dengan suhu rata-rata 26,4 ºC. Jalan masuk menuju TPA beraspal dengan lebar jalan 5 m dan panjang ± 1,5 km yang merupakan jalan penghubung dengan jalan umum, di dalam areal TPA terdapat juga bangunan kantor ukuran 4x5 m, bangunan rumah pengomposan, dan bangunan rumah jaga.
Sampah yang diangkut dari TPS kemudian di buang di TPA yang berada di Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu. Lahan TPA yang dimiliki seluas ± 13 Ha, yang mulai beroperasi pada tahun 2002 dengan umur pakai TPA sekitar 15 tahun. Sampai saat ini total luasan TPA yang sudah terpakai seluas ± 5,2 ha. Metode yang digunakan di TPA adalah Controlled Land Fill, dimana sampah ditimbun di area terbuka lalu ditutup tanah kemudian dilakukan pemadatan dengan bulldozer. Untuk membantu proses tersebut TPAS Puuwatu memiliki 1 unit bulldozer.
TPA Puuwatu juga  dilengkapi dengan sarana pengolahan air lindi serta Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) serta instalasi gas metan yang telah termanfaatkan sebagai sumber listrik dan dimanfaatkan juga untuk memasak.

Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Kendari hampir mencakup keseluruhan Kota Kendari yakni sebanyak 10 Kecamatan dan 53 Kelurahan sekitar 67% dengan setimasi jumlah penduduk terlayani sebanyak ±  179.778 jiwa. Volume sampah yang dihasilkan di Kota Kendari pada tahun 2011 sebanyak ± 703,39 m3/hari. Dari volume sampah sebanyak itu, sekitar 50 - 55% atau sekitar ± 300 m3/hari diangkut ke TPA yang berada di Kecamatan Puuwatu.
Luas lokasi TPA Puuwatu ± 12,4269 ha dan dibagi pada beberapa bagian yaitu:
1.    Zona A : Merupakan lokasi penghijauan seluas ± 1 ha dan seluas ± 5 ha belum di gunakan, saat ini digunakan sebagai tanah penutup.
2.    Zona B : lokasi bekas pembuangan sampah dan tidak aktif lagi seluas ± 1,5 ha.
3.    Zona C : Lokasi bekas pembuangan sampah, dan sudah tidak aktif lagi seluas ± 3 ha.
4.    Areal landfill yang baru seluas ± 1,5 ha.
5.    Areal bangunan kolam pengelolaan lindi ± 0,5 ha.
2.  Pelayanan Pengangkutan dan Volume Sampah
Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan mulai jam 06.00 Wita oleh petugas Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari. Pengangkutan dilakukan dari berbagai sumber yaitu dari tempat pembuangan sementara, lokasi Pemukiman, Pertokoan, Pasar, Taman, Pinggir Jalan, lahan kosong masyarakat, dan lain-lain. Pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sarana yang berbeda sesuai dengan lokasi tempat pengumpulan sampah, yang berada di lorong-lorong atau di gang-gang menggunakan sarana angkutan motor sampah atau gerobak sampah ke TPS, selanjutnya dari TPS-TPS di angkut ke TPA dengan menggunakan Dump Truk.
Pembuangan sampah di TPA langsung ke alam atau ke tanah pada zona yang sudah di siapkan, 5 sampai 6 hari kemudian dipadatkan dengan alat berat lalu di tutup dengan tanah (diurug) setebal 30 cm sampai 40 cm selanjutnya pembuangan sampah dilakukan berlapis ke atas. Perhitungan volume sampah yang terangkut ke TPA oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman tahun 2009 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Perhitungan Volume Sampah yang dihasilkan dan yang Terangkut ke TPA Tahun 2009-2012
 
Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak semua sampah yang ada di TPS dan yang teronggok di berbagai tempat dapat diangkut ke TPA. Terlihat pada Tabel bahwa pada tahun 2009 hanya 75% sampah yang terangkut dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 85%, hal ini karena pada tahun tersebut ada penambahan sarana angkutan sampah yaitu Dump truk sebanyak 6 unit. Sedang pada tahun 2011 dan 2012 turun lagi menjadi 80%. Hal ini karena volume sampah meningkat terus dan tidak diikuti dengan penambahan sarana angkutan sampah yang memadai.



Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Kendari Tahun 2009 sampai 2011
Meningkatnya volume sampah ini seiring pula dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota Kendari yang dapat dilihat pada tabel 2 dimana jumlah penduduk meningkat dari tahun 2009 sejumlah 260.867 jiwa menjadi 295.737 jiwa pada tahun 2011.
3.  Aspek/Jenis Persampahan di Kota Kendari
Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman untuk melayani pengakutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kota Kendari terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengakutan yaitu :
a.       Pelayanan Langsung
Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan secara dor to door oleh truk sampah milik Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puwatu. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-kawasan perdagangan seperti pasar, ruko dan lainnya.


b.      Pelayanan Tidak Langsung
Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan dari tempat penumpukan/pembuangan sementara (TPS) kemudian diangkut ke tempat penumpukan akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS.
c.       Pelayanan Umum
Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain-lain.
Penanganan limbah padat/persampahan di Kota Kendari sudah menjangkau hampir keseluruhan wilayah di sekitar Kota Kendari. Volume sampah yang dihasilkan di Kota Kendari pada tahun 2011 sebanyak ± 703,39 m3/hari. Dari volume sampah sebanyak itu, sekitar  55% diangkut ke TPA yang berada di Kecamatan Puuwatu. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 20% di kelola sendiri oleh masyarakat dengan dipilah untuk dimanfaatkan kembali, sedangkan 25% lainnya dibakar maupun ada juga yang dibuang di sungai.
Tabel 3 Pelayanan Persampahan Kota Kendari
No
Uraian Teknik Operasional
Volume
Keterangan
A
Jumlah Timbunan



-      Standar Timbulan Sampah/Org/Hr
2,5 L/Org/Hr


-      Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah (m3)
703,39 m3/hari





B
Pelayanan Sampah


1
Cakupan Pelayanan (Jml Sampah Terangkut + diolah / Jml Timbulan)


2
Perkiraan Jumlah KK yang Dilayani


3
Perkiraan Sampah Terangkut



-      Permukiman
275.73 m3/hari


-      Pasar
90.03 m3/hari


-      Pelayanan Umum
53.46 m3/hari


-      Penyapuan Jalan
19.69 m3/hari


-      Industri
39.39 m3/hari


-      Niaga
50.64 m3/hari


-      Kerja Bakti
5.63 m3/hari


-      Pelabuhan
8.44 m3/hari


-      Kaki Lima
19.69 m3/hari


Total
562,71 m3/hari

4
Kapasitas Pelayanan TPS
903,2 m3

5
Kapasitas Pelayanan TPA


6
Kapasitas Pelayanan Pengumpulan



Pada tabel 3 dapat disimpulkan bahwa diantara jenis sampah yang ada yang paling besar memberikan kontribusi persampahan adalah sampah pemukiman yaitu sebesar 275,73 m³/hari dan yang paling rendah adalah sampah kerja bakti 5,63 m³/hari.
Di dalam pengangkutan sampah, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman mempergunakan 20 unit gerobak sampah, 14 unit motor sampah, 6 unit mini truck, 32 unit dump truk, serta 4 unit armada roll truk.
a. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Jumlah TPS yang ada di wilayah pelayanan persampahan Kota Kendari di 64 Kelurahan sebanyak 1.129 unit yang tersebar di sepanjang jalan arteri, arteri sekunder, pemukiman, pasar dan perkantoran.
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Jumlah TPST yang ada di Kota Kendari sebanyak 11 TPST, dimana tiap TPST melayani pengolahan sampah organik menjadi kompos untuk skala pemukiman (kompleks perumahan).
c. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah yang diangkut dari TPS kemudian di buang di TPA yang berada di Kelurahan Watulondo, Kecamatan Puuwatu. Lahan TPA yang dimiliki seluas ± 13 Ha, yang mulai beroperasi pada tahun 2002 dengan umur pakai TPA sekitar 15 tahun.
Menurut informasi yang didapatkan bahwa jenis sampah yang masuk dalam area TPA sampah Puuwatu Kota Kendari adalah non B3. Sehingga untuk Kawasan Kota Kendari jenis sampah yang dihasilkan hanya berupa:
1)        Permukiman
2)        Pasar
3)        Pelayanan umum
4)        Penyapuan Jalan
5)        Induatri (Ikan)
6)        Niaga
7)        Kerja Bakti
8)        Pelabuhan
9)        Kaki Lima
B.       Kajian Teori Tentang Lindi
1.      Pengertian Lindi
Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah. Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada sampah. Apabila tidak segera diatasi, landfill yang dipenuhi air lindi dapat mencemari lingkungan, terutama air tanah dan air permukaan. Hampir di semua TPA, air lindi terdiri dari cairan yang terdapat di TPA dari sumber eksternal, seperti permukaan drainase, air hujan, air tanah, dan air dari bawah tanah dan cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah (Tchobanoglous et al., 1993).
Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan limbah atau sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada pada timbunan tersebut, sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. (Hanafiah, 2003).

Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat mencemari air tanah sekitar landfill. (Hanafiah, 2003).
Sampah pada timbunannya akan mengalami proses dekomposisi yang ditandai dengan perubahan fisis, biologis, dan kimiawi. Dekomposisi yang terjadi pada landfill dipengaruhi oleh pemadatan, kelembapan, kehadiran materi penghambat, laju pengaliran air, temperatur, tersedianya O2, populasi mikrobiologis yang dipengaruhi keadaan tanah penutup dan tipe dari sintesa yang terjadi, sifat-sifat heterogenisasi sampah, sifat-sifat fisik, kimiawi dan biologis (Peavy dkk, 1986). Variasi didalam komposisi lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: komposisi dan umur sampah, lokasi dan pengoperasian serta kondisi landfill, iklim dan kondisi hidrogeologi, kelembaban, temperatur, pH, dan tingkat stabilisasi (Tchobanoglous et al., 1993).
2.      Komposisi Lindi
Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Sangat sulit untuk menyimpulkan atau mendefinisikan karakteristik lindi di TPA. Rentang jumlah kontaminan yang cukup jauh menunjukkan sulitnya mendefinisikan atau memprediksikan komposisi tipikal dari berbagai macam kontaminan yang ada dalam lindi.
Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan, iklim, musim, dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi setiap sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah juga turut berpengaruh. Setelah lindi keluar diri timbunan sampah, komposisi lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah. (Purwoko, 2009).


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Mekanisme terjadinya Lindi
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dapat dikatakan bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air dari luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Kemampuan tanah dan sampah untuk menahan uap air dan kemudian menguapkannya bila memungkinkan, menyebabkan perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diperkirakan.
Dalam kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling tidak terdapat dua besaran debit lindi yang dibutuhkan dari sebuah lahan urug, yaitu:
1.        Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi, yang mempunyai skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut hendaknya mampu menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut.
2.        Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya mempunyai orde dalam skala hari, dikenal sebagai debit rata-rata harian.

Proses terjadinya Lindi
http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/06/pengelolaan-leachate-lindi-pada-landfill.jpg?w=625
Rancangan praktis yang sering digunakan di Indonesia untuk perancangan antara lain adalah :
Ø Debit pengumpul lindi:
·      Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari data beberapa tahun
·      Assumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90 %.
Ø Debit pengolah lindi:
·      dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data beberapa tahun, atau
·      dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi kumulasi bulanan yang maksimum.
Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan pengoperasian landfill, yaitu:
Ø Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian): dalam tahapan ini, bagian-bagian yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan sejumlah air hujan yang lebih besar.
·      Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya): dalam kondisi ini sampah telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang.
Ø Pendekatan yang biasa digunakan dalam memprediksi banyaknyanya lindi dari sebuah landfill adalah dengan metode neraca air dengan:
·      Metode Thorntwaite.
Data Klimatologi yang digunakan sebagai input pada Neraca Air Thorntwaite: data presipitasi (rata-rata bulanan tahunan), data temperatur udara (rata-rata bulanan tahunan) serta posisi geografis stasiun meteorologi setempat.
·      Metode HELP (Model Hydrologic Evaluation of Landfill Performance), yang dikembangkan oleh USEPA. 
HELP merupakan program simulasi yang paling banyak digunakan dalam merancang, mengevaluasi dan mengoptimasi kondisi hidrologi dari sebuah landfill serta laju timbulan lindi yang dilepas ke alam.
Model HELP merupakan sebuah model quasi-two-dimensional serta model hidrologi multi-layer, yang membutuhkan input data sebagai berikut:
a.     Data cuaca: parameter-parameter presipitasi, radiasi matahari, temperatur dan evapotranspirasi.
b.     Sifat-sifat tanah: porositas, field capacity, wilting point, dan hydraulic conductivity.
Menurut Jagloo (2002), air tanah tidaklah statis melainkan bergerak karena adanya perbedaan gradien hidrolika. Aliran ini menyebabkan air tanah yang terkontaminasi bergerak mengikuti sistem alirannya sehingga mencapai air tanah. Air lindi akan semakin cepat mencapai air tanah terlebih lagi didukung oleh kondisi tanah yang bersifat porous dan permeable, seperti pasir, kerikil dan batu pasir. Bahan-bahan tersebut mempunyai meabilitas tinggi sehingga air lindi dapat dengan mudah bergerak dan menyebar. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di TPA, dan kondisi spesifik tempat.
Menurut Todd (1980) dalam Tanauma (2000), air lindi dicirikan bahwa pada daerah yang bercurah hujan tinggi, air lindi menjadi lebih mudah terbentuk dan jumlahnya akan lebih banyak. Mekanisme masuknya air lindi ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal (sumur) melalui proses sebagai berikut : 
1.        Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai Open Dumping, yaitu kira-kira berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah, 
2.        Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah dijenuhi air, 
3.        Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah, 
4.        Akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh, 
5.        Pada lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Potensi gravitasi sangat penting dalam tanah-tanah yang jenuh air. Hal ini diperhitungkan terutama untuk gerakan air lindi yang menembus tanah yang pada umumnya bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi rendah. Biasanya air tanah yang diperhatikan mempunyai elevasi yang lebih tinggi daripada sumber air bersih tertentu. Potensi gravitasi menggambarkan banyaknya tenaga yang harus dikeluarkan untuk menggerakkan air dari sumber tertentu pada elevasi rendah ke suatu tempat pada elevasi yang lebih tinggi dalam tanah.
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang merupakan gerakan air dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah basah ke tanah kering) dan dari tanah ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air lindi dalam tanah terjadi seperti suatu cairan mengalir di dalam tanah-tanah jenuh air. Pada semua kasus gerakan air dikendalikan oleh laju aliran air yang diketahui sebagai konduktivitas hidrolik tanah dan juga oleh gaya-gaya yang mengendalikannya.
Pada aliran jenuh, semua ruang pori terisi penuh oleh air, air tersebut bergerak dengan cepat melalui pori yang lebih besar. Potensi gravitasi merupakan gaya utama yang besar yang mengakibatka aliran. Aliran jenuh selalu berada dalam tanah yang jenuh dan semua pori terisi penuh air.
B.       Pengelolaan Cairan Air Lindi di TPA Puuwatu
Pengelolaan cairan air lindi merupakan sebagian dari pengelolaan lahan-urug secara keseluruhan. Pada dasarnya keberhasilan penanganan lindi dimulai sejak suatu lahan dipilih, dan menerus sampai lahan itu ditutup karena penuh. Pengelolaan cairan air lindi di TPA Puuwatu dapat dilakukan dengan berbagai alternative, seperti:
1.    Resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill. Hal ini dapat meningkatkan laju dekomposisi kandungan organik menjadi biogas hingga 70%. Resirkulasi air lindi dapat dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan, air lindi harus diolah untuk mengurangi volumenya.
2.    Pengolahan air lindi dengan menggunakan pengolahan limbah secara biologis. Pengolahan ini biasa dilakukan dengan menggunakan lumpur aktif yang berfungsi mendegradasi kandungan organik yang terdapat dalam air lindi. Setelah kandungan organik dalam air lindi turun drastis, kemudian dapat dilakukan pemurnian kembali dengan menggunakan alat filtrasi. Air keluaran yang diharapkan dari pengolahan semacam ini dapat langsung dibuang ke lingkungan karena tidak berbahaya bagi lingkungan.
3.    Pengolahan air lindi dengan menggunakan membran. Selain untuk mengurangi kekeruhan atau turbiditas, pengolahan dengan membran dimaksudkan untuk mengurangi kadar COD, BOD serta kandungan logam pada air lindi. Umumnya diperlukan pengolahan bertahap untuk menghasilkan limbah yang memenuhi syarat baku mutu limbah seperti bioreaktor dengan membran (membrane bioreactor) atau integrasi antara ultrafiltrasi dan karbon aktif.
4.    Metode landfill, relatif mudah dilakukan dan bisa menampung sampah dalam jumlah besar. Akan tetapi, anggapan ini kurang tepat karena jika tidak dilakukan secara benar, landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan. Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi yang dihasilkan. Selain itu, gas metana yang dihasilkan oleh landfill dan tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global. Jika termanpatkan di dalam tanah, gas metana bisa meledak. Oleh sebab itu, dalam sistem landfill yang baik diperlukan adanya unit pengolahan air lindi dan unit pengolahan biogas. (Suriawiria, 2005)
Di negara maju biasanya masalah lindi ini ditangani dengan diolah seperti halnya air limbah biasa. Beberapa jenis pengolahan yang biasa digunakan adalah:
1.     Pengolahan kimia fisika, biasanya koagulasi-flokulasi-pengendapan.
2.     Pengolahan secara aerobik: proses lumpur aktif, kolam stabilisasi atau kolam aerasi.
3.     Pengolahan secara anaerobik, biasanya kolam stabilisasi.
4.     Pemanfaatan sifat-sifat sorpsi seperti karbon aktif.
C.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Air Lindi masuk kedalam Air Tanah
Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke air tanah adalah kondisi curah hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan memengaruhi kuantitas dan kualitas lindi. TPA yang terletak di daerah yang curah hujan tinggi akan menghasilkan kandungan lindi tinggi. Tetapi kualitas lindi itu masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur timbunan, dan pola operasional TPA. Semakin banyaknya lindi, maka semakin berpotensi untuk masuk ke dalam air tanah dan mencemari sumur.
Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewanya tekstur merupakan perbandingan relatif pasir,debu,dan liat. Tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah, sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butir-butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh. Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya pencemaran terhadap sumur. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka potensi semakin tercemarnya dengan lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya. Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah.
D.      Dampak Cairan Air Lindi terhadap Lingkungan Hidup di sekitar TPA
Lindi sangat berpotensial menjadi masalah, karena aliran lindi bergerak secara lateral maupan vertical bergantang pada karakteristik dari material yang berada di sekitarnya. (Suriawiria, 2005)
Air permukaan yang telah tercemar oleh lindi dapat menyebabkan hilangnya nilai estetik dan perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada kasus pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus menerus dalam periode yang lama. Untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran ini tentunya akan menghabiskan dana yang sangat besar dan khusus untuk kasus pencemaran air tanah, untuk mengembalikan kondisi air ke keadaan semula (tidak tercemar) dibutuhkan waktu puluhan atau bahkan ratusan tahun. (Suriawiria, 2005)
Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air, mempercepat pengaruh rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang terkandung dalam lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan dan binatang lainnya yang hidup di sawah disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.

BAB IV
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
a.         Lingkungan pemukiman sekitar TPA Puuwatu terletak disekitaran area TPA Puuwatu. Bangunan rumah umumnya berupa rumah papan. Masyarakat sekitar sebagian besar bekerja sebagai pemulung di TPA Puuwatu.
b.        Pengelolaan cairan air lindi di TPA Puuwatu dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill, pengolahan limbah secara biologis, pengolahan air lindi dengan menggunakan membran serta penggunaan metode landfill.
c.         Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan.
3.2 Saran
Sampah sebaiknya dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi hasil lindi yang dapat merugikan lingkungan di sekitar TPA Puuwatu, selain itu pembungan sampah sebaiknya tidak dengan open dumping karena selain menimbulkan bau yang tidak sedap cara ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Untuk meminimalisir pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA Puuwatu diharapkan Pemerintah dan Instansi sudah seharusnya memberikan perhatian yang lebih dan melakukan langkah-langkah terpadu untuk pengurangan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah dengan menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle (3R).



DAFTAR PUSTAKA

·           Hanafiah, Kemas Ali dkk. 2003. Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rajawali Perss.
·           Purwoko, T. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.
·           Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar